Oleh: Tutus Riyanti
(The Voice of Muslimah Papua Barat)
Pemuda merupakan calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Secara internasional, WHO menyebut pemuda sebagai ”young people” dengan batas usia 10-24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahun disebut ”adolescenea” atau remaja. International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda.
Saat berbicara pemuda, maka yang terlintas di dalam benak kita adalah sosok yang penuh dengan semangat dan memiliki ghirah perjuangan membela kebenaran dari penindasan. Sosok ini siap menyambut tantangan zaman yang semakin hari semakin sulit dan kompleks. Kedepan, para pemuda ini diharapkan mampu menjadi kebanggaan orang tua, bangsa, serta agamanya.
Namun faktanya, kondisi pemuda saat ini sangat jauh dari harapan. Alih-alih menjadi kebanggaan, para pemuda justru tumbuh menjadi sosok yang labil, lemah, tidak punya pendirian, berani berbuat nekat, serta gampang terpengaruh dengan teman dan pergaulan di sekitarnya. Tidak sedikit pemuda yang terjerumus pada narkoba, pergaulan bebas, hingga melakukan tindak kejahatan. Hal ini disinyalir karena kurangnya pemahaman mereka terhadap agama, khususnya Islam.
Pemuda hari ini sedang mengalami krisis jati diri. Mereka mudah terombang-ambing dengan arus hedonis dan serba permisif. Pergaulan sosial di antara mereka bahkan sangat jauh dari aturan Islam. Semua ini terjadi akibat sistem kehidupan sekuler liberal yang merusak. Akhirnya, banyak kita jumpai pemuda yang lebih memilih nikmatnya kehidupan dunia dibanding kehidupan akhirat.
Sebagai muslim, tentu kita mengharapkan sosok pemuda yang baik, berakhlak mulia, dan memiliki kepribadian Islam. Lantas, bagaimanakah sosok pemuda pewaris peradaban Islam?
Pemuda Muslim Taat Syariat
Di dalam Islam, pemuda harus memilki visi hidup yang jelas sebagai seorang muslim, yakni sebagai hamba Allah SWT yang tunduk dan taat kepada perintahNya. Dari Abu Hurairah ra, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Apa saja yang aku larang terhadap kalian, maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian, maka kerjakanlah semampu kalian.” (HR Bukhari dan Muslim).
Pemuda muslim akan konsisten dalam ketakwaannya. Berusaha melaksanakan semua amalan wajib, memperbanyak amalan sunah, dan sekuat tenaga meninggalkan yang diharamkan oleh Allah SWT. Mereka juga harus memiliki kepribadian yang Islami, yaitu senantiasa menghiasi dirinya dengan akhlak-akhlak mulia dan meninggalkan akhlak-akhlak yang buruk.
Pemuda muslim hendaknya juga bersemangat mendatangi majelis-majelis ilmu agama, untuk diamalkan bagi dirinya, sekaligus untuk didakwahkan kepada orang lain. Allah SWT berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran: 104).
Pemuda Muslim Wajib Membela Agamanya
Pemuda muslim haruslah terdepan dalam membela agamanya. Mereka harus tampil sebagai pembela kehormatan Islam, kaum muslimin, dan menjaga setiap jengkal tanah kaum muslim. Mereka berjihad dan mengorbankan apapun di jalan Allah, demi kemuliaan agama-Nya.
Fakta hari ini, adanya penistaan dan penghinaan agama, atau kriminalisasi terhadap ajaran Islam dan para ulama, seharusnya akan mendorong seorang pemuda muslim untuk melakukan pembelaan. Pemuda muslim tidak boleh berdiam diri, acuh tak acuh, dan hanya fokus pada masalah pribadi.
Selain itu, sungguh aneh di saat banyaknya problematika kehidupan yang belum ada penyelesaiannya, narasi radikalisme dan terorisme terus didengungkan. Seolah-olah persoalan utama bangsa ini adalah radikalisme dan terorisme. Hal ini menyebabkan banyak pemuda menjadi ketakutan dan akhirnya menjauh dari ajaran agamanya sendiri. Padahal, sampai saat ini belum ada makna yang jelas tentang radikalisme dan terorisme.
Untuk itu, para pemuda muslim harus membekali diri dengan Islam yang kaffah (menyeluruh), sehingga mereka akan bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Standarnya adalah syariat Islam. Bukan sekedar mengikuti apa kata orang dan apa yang saat ini sedang dinarasikan di tengah umat.
Ketika pemuda muslim sudah paham tentang Islam yang kaffah seperti apa, maka dia akan tampil sebagai pembela Islam. Jika ada pihak-pihak yang mencoba menodai kehormatan Islam, maka dia akan berada di garda terdepan. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad:7)
Pemuda Pewaris Peradaban
Islam mampu tegak berdiri karena diisi oleh para pemuda, di antaranya: Mushab bin Umair (24 tahun), Ibnu Umar (13 tahun), Saad bin Abi Waqas (17 tahun), Ibnu Abbas (13 tahun) dll. Rasulullah SAW mengisi ring pertama dakwah dengan para pemuda, karena beban dakwah yang berat saat pertama kali Islam ditegakkan hanya bisa dipikul oleh para pemuda.
Muhammad al-Fatih juga satu contoh pemuda teladan di masa peradaban Islam. Di usianya yang masih belia 14 tahun, ia sudah hafal Al-Qur’an dan menguasai 6 bahasa dunia. Di usia 21 tahun, ia menggantikan ayahnya sebagai kepala negara di Kekhalifahan Turki Utsmani. Selain itu, ia juga ahli taktik militer, rajin ibadah, bahkan tak pernah meninggalkan salat malam dan rawatibnya. Berkat prestasi itulah, Allah SWT memberikan kemenangan kepadanya dalam menaklukkan Konstantinopel, yang selama 750 tahun bentengnya tidak bisa ditembus.
Maka, jika menginginkan pemuda saat ini menjadi pewaris peradaban gemilang, hendaklah meninggalkan sistem yang rusak ini dan menjadikan kembali Islam sebagai sistem kehidupan yang mengatur ranah pribadi, masyarakat bahkan bernegara.(***)