SORONG – HUT Pekabaran Injil (PI) di tanah Papua ke-167 diperingati jemaat GKI Eklesia dengan ibadah syukur, Sabtu (5/2). Meski diperingati dalam suasana pandemi Covid-19, namun seluruh jemaat tetap khidmat mengikuti peribadatan tanpa sedikit pun mengurangi makna syukur dan suka cita masuknya Injil di Tanah Papua. Ibadah HUT PI dipimpin Ketua Jemaat GKI Eklesia, Pendeta Imelda M. Givilem,S.Th. Dengan tema yang diusung, yakni Kuasa Yesus Kristus yang telah membebaskan kita.
Wakil Ketua Pekerja Harian Majelis Jemaat (PHMJ) GKI Eklesia, Melkianus Osok mengatakan, momen HUT PI adalah bagian dari sejarah besar orang Papua, bagaimana bisa keluar dari kehidupan gelap seperti saat sebelum mengenal Injil, sehingga momen tersebut merupakan pengingat bagi generasi muda agar mereka tidak lupa akan sejarah.
Menurut Melki, khusus bagi orang Papua, HUT Pekabaran Injil dimaknai sebagai lahirnya kebenaran di Tanah Papua. Sehingga diharapkan kepada orang Papua agar mereka bisa hidup menurut kebenaran Firman Allah. “167 tahun keberadaan Injil di tanah ini sudah cukup lama, lebih dari satu abad, jangan lagi seperti orang yang tidak mengenal injil. Oleh karenanya orang Papua yang dulu hidup dalam kegelapan di luar kebenaran Allah, harus segera kembali dalam kebenaran Allah,” pesan Melki.
Melki mengatakan, yang dimaksud dengan kebenaran Allah itu artinya hidup rendah diri, sabar, lemah lembut, tidak iri hati, tidak dendam, kasih, suka cita, dan damai sejahtera. Nilai-nilai itulah yang harus dimiliki setiap orang dalam menjalani hidup yang benar. Kebenaran tersebut tidak hanya bagi umat Kristiani saja, sebab setiap ajaran agama di bawah kolong langit ini selalu mengajarkan hidup penuh kasih, lemah lembut dan damai sejahtera.
“Tidak ada satu aliran agama pun di bawah kolong langit ini mengajarkan kejahatan. Kita harus hidup penuh kasih dengan sesama, tidak membedakan suku, ras dan agama. Siapapun dia, rambut lurus atau keriting, kulit putih atau hitam, di hadapan Tuhan kita adalah sama. Hidup ini pertandingan untuk masuk surga, jadi siapapun yang masih merasa diri hidup dalam keburukan, mari segera kembali dan hidup dalam Firman Tuhan. Apalagi kita baru saja memasuki tahun yang baru, sehingga tahun 2022 kali ini segala hal buruk dalam kehidupan sebelumnya harus ditinggalkan,” pesannya.
Dijelaskannya, dalam Roma sudah dikatakan bahwa Injil adalah kekuatan yang dapat menyelamatkan orang yang percaya kepadanya. Singkatnya, masuknya Injil di tanah Papua membuat masyarakat Papua keluar dari kehidupan gelap yang dilalui sebelumnya. “Dulu hidup tidak tentram, dunianya masih gelap, belum mengenal apa itu kasih karena belum kenal Injil. Tapi dengan kehadiran 2 misionaris Otto dan Geisler di Mansinam, begitu menginjak tanah dengan doa sulungnya maka tanah ini langsung diberkati. Hanya dengan 2 orang saja bisa mengurus kehidupan berbagai suku di tanah ini dan menjadikan hidup kami terang. Itu bukan kekuatan mereka, tetapi itu kuasa Allah,” ujar Melkianus.
Melki mengimbau kepada orang Papua agar tetap konsisten menjaga jati dirinya dalam kebenaran. Sebab saat manusia sudah hidup dalam kebenaran Firman Allah, maka Firman itulah yang akan dengan sendirinya memerdekakan kehidupan manusia. “Hidup itu perlu dekat dengan Yang Maha Kuasa sehingga kehidupan kita diberkati dan kita dapat menjadi berkat,” pungkasnya.
Sementara itu, perayaan HUT PI juga dilaksanakan di Klasis GKI Ayamaru. Ketua Klasis GKI Ayamaru, Pnt. Dr. Naommy Netty, Howay,SKM,M.Kes menghadiri perayaan HUT sekaligus meresmikan pos PI Ora Et Labora (Berdoa dan Bekerja) di Kampung Yaboh, sedangkan Bupati Maybrat Dr.Drs Bernard Sagrim,MM menghadiri perayaan HUT PI di Kampung Magotemin Bakal Klasis Aitinyo Kabupaten Maybrat.
Perayaan yang sama juga dilakukan keluarga besar Gereja Pentakosta di Papua (GPDP) yang terdiri dari 7 jemaat yang ada di Klasis Kota Sorong, merayakannya dalam bentuk ibadah padang di Tanjung Batu Distrik Sorong Barat. Perayaan ibadah yang banyak diisi dengan music-musik khas daerah Papua ini berlangsung hikmat. Tim Penatalayanan Sinode GKI di Tanah Papua Klasis Sorong dalam materi khotbahnya yang disampaikan Ketua PHMJ Getsemani Kampung Nenas, Pdt. T.Pattinussa,S.Th yang dikutip dari Kitab Perjanjian Baru (Injil Yoh. 9. Ayat 1-12) merupakan maha karya penyelamatan Allah kepada kita orang Papua diatas tanah ini. Dengan doa sulung Otto dan Geisler ‘Dengan Nama Tuhan Kami Menginjak Tanah Ini’ di Pulau Mansinam 167 silam, misi pendaratan itu telah bertumbuh dan memerdekakan kita. ”Api Injil itu telah membakar perhambaan kita, perbudakan oleh karena dosa penyembahan berhala. Dan api Injil itu telah memurnikan, memerdekakan kita di dalam Kristus,” kata Pdt. T.Pattinussa,S.Th.
Dikatakan, karena kita dimerdekakan oleh Kristus, maka sikap, tindakan, perbuatan, harus hidup layaknya seperti Kristus dengan buah-buah roh dan Injil itu yaitu kasih, kerendahan hati, menghormati sesama dan Menghormati Tuhan. ”Berdamai, saling mengasihi, dan hidup berdampingan satu sama lain diatas tanah yang diberkati Tuhan diatas tanah ini,” pesan Pdt. Pattinussa.
Sementara itu, Ketua Majelis GKI Maranatha, Pdt Rein Tanawani, MA,M.Th, kepada Radar Sorong mengatakan, di tengah situasi sulit lantaran berbagai pengaruh keterikatan dengan tradisi budaya di tanah Papua, tetapi sejak masuknya Injil, masyarakat Papua telah meninggalkan budaya dan hal-hal lama yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Kini, tepat pada 5 Februari 2022, HUT ke 167 PI diselenggarakan oleh jemaat GKI di tanah Papua. Khususnya di internal GKI Maranatha, dilaksanakan berbagai kegiatan diantaranya lomba menyanyi baik solo untuk semua intra dan lomba Pesan Berantai., dan puncak perayaan dilaksanakan Ibadah Syukur tanggal 5 Februari 2022. ”Perayaan PI dengan tema Kuasa Yesus Kristus Yang Telah Membebaskan Kita” hal ini untuk mengingatkan kepada warga jemaat khususnya Umat GKI di tanah Papua,” ucapnya.
Salah satu Pemuda GKI Sorong, Cartenzs I.O Malibela menuturkan harapannya di usia PI ke 167, dimana kiranya jemaat GKI lebih mendekatkan diri dengan Tuhan serta hidup dengan penuh toleransi, saling menghargai dan menjaga kamtibmas. ”Karena jika dekat dengan Tuhan, pasti turut serta dalam ibadah maupun kebaktian baik secara jemaat maupun ibadah unsur seperti PKB dan lain sebagainya, sebab situasi pandemi Covid-19 yang tidak terlalu parah dan aktifitas ibadah sudah diperbolehkan,” ucapnya. (ayu/ris/juh)