AIMAS – Petani jagung di Kabupaten Sorong keluhkan sulitnya pasar untuk menjual hasil panen jagung hibrida. Salah satunya dialami Ketua Kelompok Tani Maju Makmur, Untung Wahyudi. Ia mengaku, di Kabupaten Sorong pasar jagung manis jauh lebih baik dibandingkan jagung hibrida.
“Kalau jagung manis, bisa langsung dipetik dan dijual mentah. Permintaannya banyak. Sementara jangung tongkol dua (hibrida) pasarnya susah. Biasanya yang beli hanya peternak, itupun kalau sudah digiling jadi ukuran kecil dan siap dijadikan pakan,” ungkapnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala dinas Pertanian Kabupaten Sorong, Franky Wamafma menuturkan pihaknya telah menyampaikan kepada kementerian agar dicarikan investor yang dapat menyerap hasil panen warga.
“Sudah saya sampaikan, namun yang jadi masalah ketika ada investor yang bersedia menampung, hasil produksinya juga harus dalam jumlah besar. Itulah mengapa saat ini kami sangat berupaya agar para petani mau beramai-ramai menanam jagung hibrida sesuai program presiden,” ujar Franky.
Dikatakan Franky, pihaknya juga tengah berkoordinasi dengan OPD terkait agar bersedia memberikan pelatihan pengolahan pangan berbahan dasar jagung hibrida. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan nilai tambah sehingga harga jualnya lebih tinggi.
“Selama ini mungkin tiap OPD kerja masing-masing, namun melalui program Pak Presiden diharapkan OPD bisa saling kolaborasi. Saya masih komunikasikan dengan Kadis Perindagkop agar bagaimana masyarakat dilatih untuk mengolah jagung sehingga nilai ekonomisnya jadi lebih tinggi,” kata Franky.
Selain itu, lanjut Kadis Pertanian, dalam waktu dekat pihaknya juga akan memanfaatkan peluang untuk bekerja sama dengan peternak ayam yang ada di Kabupaten Sorong. Sehingga hasil panen jagung hibrida petani lokal bisa diserap, dan ke depan para peternak tidak perlu lagi mendatangkan pakan dari luar daerah.(ayu)