JAYAPURA – Seorang karyawan PT. Delarosa ditembak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), di Kamp PT. Delarosa Kampung Kenyam Kabupaten Nduga Provinsi Papua, Selasa (16/11) pukul 05.00 WIT. Berdasarkan keterangan saksi berinisial JS yang saat itu bangun pagi untuk persiapan memasak, ia melihat tangki minyak solar pabrik produksi pengaspalan yang berjarak 200 meter dari basecamp dalam keadaan terbakar.
Saksi kemudian memberitahukan kepada korban, Andi Rerung. Korban dan saksi kemudian berlari keluar membawa ember menuju lokasi kebakaran. Saat berlari sekitar 65 meter dari basecamp, terdengar bunyi letusan senjata api lebih dari satu kali dari arah timbunan batu kerikil dan mengenai kaki kanan korban.
Setelah beberapa menit, saksi JS dan karyawan lainnya mengevakuasi korban ke arah basecamp, sambil menunggu bantuan dan karyawan lainnya membantu memadamkan api yang menyala di tangki solar pabrik produksi pengaspalan. Sekira pukul 08.50 WIT , tim gabungan dipimpin Kabag Ops Polres Nduga Iptu Bernadus ICK tiba di TKP, melakukan olah TKP.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol. Drs. Ahmad Musthofa Kamal,SH mengatakan, saat ini korban telah dirujuk ke Kabupaten Mimika untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut. ”Pasca kejadian situasi di Kabupaten Nduga relatif aman dan kondusif, personel gabungan terus meningkatkan patroli dan penjagaan di daerah-daerah rawan aksi kejahatan khususnya gangguan dari Kelompok Kriminal Bersenjata,” ujar Kamal.
Sebelumnya, kontak tembak antara KKB dengan personel gabungan TNI-Polri pada Minggu (14/11) di Kampung Bulagi Distrik Sugapa Kabupaten Intan Jaya. Kontak tembak bermula saat personel TNI-Polri melihat 4 laki-laki bertemu di Honai Biru dekat sungai Kampung Wandoga bersama mama-mama dan membuat bakaran di dalam Honai. Terdapat 4 anggota KKB membawa 1 pucuk laras panjang dan 1 pucuk pistol berada di honai yang terletak di seberang sungai Kampung Wandoga. Satu anggota KKB yang berada di Honai coklat membawa 1 pucuk SS1, menggunakan baju berwarna hitam dan celana Hitam.
Setelah itu, terpantau 6 anggota KKB yang terdiri dari 2 orang pengamanan di kebun, 2 orang berada di Honai biru, dan 2 orang berada di Honai Coklat. Kemudian didapati 1 anggota KKB membawa 1 pucuk pistol dan menggunakan koteka, sedang berada di luar Honai sambil memakan tebu. Setelah dilaksanakan pengamatan oleh tim gabungan TNI-Polri, diputuskan akan dilakukan penindakan terhadap sasaran. Tim penindakan merayap ke arah sasaran, dan personel lainnya melaksanakan pengamanan di ketinggian.
Tim kemudian melaksanakan penindakan terhadap KKB di sasaran dan terjadi kontak tembak antara tim yang melaksanakan ambush dengan anggota KKB. Terkonfirmasi oleh tim bahwa 1 anggota KKB yang berada di sasaran meninggal dunia dan 3 anggota KKB lainnya melarikan diri. Setelah dilakukan penyisiran, ditemukan barang bukti 23 butir munisi 5,56, 1 bendera Bintang Kejora 2x1m, 1 HP, 1 Gelang, dan 1 noken berisi bama.
Kombes Ahmad Mustofa Kamal mengatakan dalam penindakan tersebut personil gabungan berhasil melumpuhkan satu anggota KKB. ”Saat ini Tim Gabungan yang melaksanakan penindakan masih melakukan pengejaran terhadap anggota Kelompok Kriminal Bersenjata lainnya,” ujar Kamal. Sementara itu, Danrem 173/PVB Brigjen TNI Taufan Gastoro mengatakan anggota KKB tewas dalam baku tembak di Kabupaten Intan Jaya, Papua atas nama Selon Songonau.
KKB Penuhi Kriteria Sebagai Kelompok Teroris
Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia Ridlwan Habib mengatakan KKB Papua sudah memenuhi kriteria untuk disebut sebagai kelompok teroris yang dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa. Menurut Ridlwan, terorisme memiliki arti sebagai perbuatan yang menggunakan kekerasan dan menimbulkan suasana teror serta rasa takut secara meluas. ”Merujuk dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwasa KKB itu sudah termasuk sebagai teroris,” ujar Ridlwan dikutip dari siaran persnya seperti dilansir Antara, Rabu (17/11).
Meski demikian, perlu kajian yang lebih mendalam mengenai penamaan KKB sebagai teroris asli Papua. Ridlwan khawatir penamaan tersebut justru akan menimbulkan dampak negatif bagi warga asli Papua dan memicu konflik lainnya yang akan makin memperkeruh suasana. ”Penamaan KKB sebagai teroris asli Papua saya rasa jangan dipakai karena nama tersebut dapat menimbulkan kemarahan warga Papua yang tidak berurusan dengan kelompok tersebut. Berilah nama dengan lebih detail agar tidak menimbulkan konflik baru,” ujarnya.
Ia memandang perlu ada sinergi dan kerja sama untuk mengatasi isu KKB yang sedang meneror rakyat Papua. Tokoh agama dan tokoh masyarakat harus berjalan beriringan mencegah dan memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa KKB merupakan musuh nyata bersama yang bertujuan melukai persatuan bangsa yang plural ini. ”Dengan menggandeng tokoh lokal, materi yang diberikan tersampaikan dengan benar sesuai dengan masing-masing budaya, kebiasaan, dan kepercayaan,” ujarnya. (al/**/ant)