Korban Kehilangan Uang, Emas, Surat Penting, Sepeda Motor Hingga Mesin Motor Tempel
MANOKWARI – Pemerintah Provinsi Papua Barat dan Pemkab Manokwari serius menangani para pengungsi korban bencana kebakaran di pemukiman nelayan Borobudur, Kelurahan Padarni, Distrik Manokwari Barat. Kepala BPBD Kabupaten Manokwari, Maorikiki S Kawab mengatakan, Pemprov PB dan Pemkab Manokwari telah menggelar rapat membicarakan upaya penanganan para pengungsi.
“Penanganan korban bencana kebakaran di Borobudur ini, pemerintah daerah menangani secara serius. Kita juga meninginkan kerjasama dari teman-teman korban kebakaran agar dapat bekerjasama,” kata Kawab kepada wartawan di lokasi pengungsian eks gedung Kursus Latihan Kerja (KLK).
Berdasarkan hasil rapat bersama, Pemprov PB, lanjut Kawab, massa tanggap darurat korban bencana kebakaran selama 14 hari. Selanjutkan pemerintah akan berupaya untuk menyediakan huntara atau hunian sementara. Selama 14 hari masa tanggap darurat pemerintah akan menyediakan berbagai kebutuhan bagi pengungsi, seperti makanan jadi, MCK dan lainnya. Terdapat 4 titik pengungsian, di Posko Induk Gedung Wanita, KLK, taman Anggrem dan dermaga pendaratan ikan PPI Sanggeng.
Kalak BPBD menuturkan, khusus wanita dan anak-anak ditampung di Gedung Wanita agar lebih nyaman untuk menghindari dampak tak diinginkan, seperti sakit. Di Posko Induk juga ada dapur umum yang menyediakan makanan jadi bagi semua pengungsi. Di KLK juga disediakan dapur umum ditangani Dinas Sosial. “Kita tangani para korban kebakaran secara serius sehingga ke depan tidak yang sakit. Pengaturan pengungsi juga diharapkan memudahkan kami untuk mendata sehingga kalau ada bantuan dapat disalurkan secara merata dan tidak ada yang terlewatkan,” ucapnya.
Pemerintah sangat menginginkan semua warga korban bencana alam dapat tertangani secara baik. “Tidak ada pemerintah yang berharapkan tidak baik untuk warganya. Jadi, kita minta warga juga dapat mendengar pemerintah agar bersedia dievakuasi ke Gedung Wanita,” tandasnya.
Ditanya data korban maupun kerugian material, Kawab belum bisa memastikan. Pemerintah masih terus berkoordinasi dengan pihak RT/RW, kelurahan maupun tokoh-tokoh di Borobudur. Namun, dia mengestimasi, jumlah korban kebakaran sebanyak lebih dari 2.000 jiwa. “Kita masih tetap bersyukur, walaupun bencana besar tidak ada korban jiwa,” ucapnya.
Menurutnya, kebakaran di pemukiman nelayan Borobudur ini telah 3 kali terjadi, saat zaman pemerintahan Bupati Bastian Salabay, Demas Paulus Mandacan dan kini era pemerintahan Bupati Hermus Indou. Kejadian berulang menjadi pembelajaran berharga, warga harus berada di pemukiman yang aman.
Sementara itu, Bupati Manokwari Hermus Indou kembali mengunjungi pengungsi korban bencana kebakaran di Borobudur. Dia memberi jaminan, para warga akan tetap berada di Borobudur. Namun lokasi kebakaran ini akan ditata dengan baik, bahkan diharapkan dapat menjadi icon kota Manokwari.
Kapolres Manokwari, AKBP Dadang Kurniawan Winjaya bukan salah satu korban kebakaran di pemukiman nelayan Borobudur yang menghanguskan lebih dari 600 unit rumah panggung di pantai. Namun, dia sangat merasakan bagaimana situsi kebingugnan dan kepanikan para korban. Kapolres yang berada di lapangan menyaksikan ada beberapa itu yang berlarian meyelamatkan diri sambil menggendong bayinya. Sebagian lagi masih berupaya menyelamatkan barang berharga di dalam rumah. “Saat kebakaran terjadi kondisi yang membingungkan, ada warga yang panik dan berlarian sambil menggendong anaknya,” tandas Kapolres pada silaturahmi dengan insan pers sekaligus syukuran pelantikan Iptu Subhan Ohoimas sebagai Kasatlantas Polres Manokwari, Jumat (1/10).
Dalam situasi yang penuh kepanikan ini, ada oknum masyarakat tak bertanggungjawab mencoba memanfaatkan situasi. Ada yang membawa kabur barang berharga milik korban. “Ada yang mencoba selamatkan TV, tetapi setelah ditaruh diambil orang lain,” tuturnya. Ibu-ibu sedih karena sempat kehilangan anak. Beberapa anak ataupun bayi terpisah dengan orang tuanya. Ini terjadi kepada korban yang menyelamatkan diri menggunakan perahu karena terjebak korban api. Ketika naik perahu untuk menghindari korban api yang makin mendekat, tanpa sadar ada beberapa ibu yang melepas anaknya. Baru sadar kalau anaknya tak bersama setelah perahu yang ditumpangi sudah jauh dari tempat kejadian.
Kondisi ini seperti dialami Nissa yang sempat terpisah dan anaknya berusia 13 tahun. Ibu Nissa naik perahu berbeda dengan anaknya. ‘’Saya sudah panic cari-cari anak saya, ternyata dia naik perahu lain,’’ ujar Nissa dengan wajah sedih. Ibu Ulli, korban lainnya mengaku saat kejadian dia tak ada di rumah lantaran mengantar ikan di salah satu rumah makan. Dia kaget ketika mendengar ada kebakaran di pemukiman Borobudur dan telihat asap tebal.
Dia langsung bergegas pulang, namun alangkah sedihnya Ibu Ulli saat menyaksikan rumahnya telah ludes dilapap api. Semua barang di dalam rumah ikut ludes, ada emas 15 gram, 4 celengan uang yang nilainya cukup besar serta uang tunai. ‘’Uang di empat celengan habis semua. Emas 15 gram juga terbakar,’’ ujarnya. Ibu Ulli berterima kasih kepada pemerintah dan berbagai pihak yang turut membantu meringankan beban. Kebutuhan pakaian telah terpenuhi juga makanan jadi.
Kapolres merasakan kebingungan yang dialami para warga saat kejadian. Api sangat cepat meluas ke rumah lainnya, sehingga tak ada barang berharga yang bisa diselamatkan. Sementara mobil pemadam kebakaran sulit menjangkau lokasi kebakaran karena aksi jalan yang sempit.
Salah satu keluarga perwira Polres Manokwari turut menjadi korban kebakaran, yakni Kasat Sabhara, Iptu Arief Fauzan, rumahnya ludes, tak satupun barang berhasil diselamatkan. Berdasarkan pendataan Polres, terdapat 5 sepeda motor yang hangus terbakar, juga ada 2 perahu nelayan yang terbakar serta 2 mesin motor tempel.(lm)