SORONG – Tanggal 21 Oktober merupakan hari yang sangat keramat bagi peradaban masyarakat suku Ayamaru, Aitinyo dan Aifat di seantero tanah Papua dan dimanapun berada, karena di hari dan tanggal tersebut terjadi mujizat besar bagi masyarakat suku A3 melalui penampakan Allah (Theovani) kepada hamba-Nya Rasul Ruben Rumbiak di Kyahai (Kambuaya) pada tanggal 21 Oktober 1959. Tahun ini usia perayaan teovani telah memasuki ke 70 tahun.
Menyambut perayaan ibadah syukur Teovani ke-70 tahun pada 21 Oktober mendatang, masyarakat A3 yang tersebar di kabupaten-kota seantero tanah Papua maupun luar Papua, telah menyambutnya dengan menggelar beberapa kegiatan. Salah satunya pada Sabtu (16/10) menggelar seminar sehari melibatkan para tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh pemuda, tokoh adat dan tokoh masyarakat yang tersebar di kota dan Kabupaten Sorong.
Seminar sehari yang berlangsung di Gedung E.C. Lambert Jitmau Kota Sorong, menghadirkan tiga narasumber utama yakni Pdt. Marthen Suu,S.Th, Prof, Dr. Berth Kambuaya,MBA, dan Drs. Ec. Lambert Jitmau,MM. Seminar bertajuk ‘Pelihara Kesatuan, Kerendahan Hati, Kasih dan Kehormatan Kepada Semua Orang, Maka Karunia Akan Menjadi Turun Temurun’ menghasilkan beberapa catatan dan syarat penting bagi masyarakat Suku A3 untuk dipedomani kedepan.
Intelektual Maybrat, Jullian Kelly Kambu,ST,MSi kepada Radar Sorong mengatakan, perintah Tuhan kepada hamba-Nya Rasul Ruben Rumbiak pada 21 Oktober 1959 itu bukan mitos, bukan khayalan, tetapi merupakan perintah Firman Allah kepada kita Suku A3 Maybrat. “Perintah itu sangat jelas bahwa kita Suku A3 Maybrat harus memelihara persatuan, memiliki kerendahan hati, miliki kasih dan menjaga kehormatan kepada semua orang agar berkat itu menjadi milik kita turun temurun,” kata Kelly Kambu, kemarin.
Ditegaskannya, jika perintah Firman Allah ini tidak dilaksanakan, maka yang akan menimpa kita adalah bukan berkat tetapi sebaliknya, kutuk. “Yang terjadi saat ini bahwa orang Maybrat kalau satu untuk semua sudah oke, cuma semua untuk satu ini yang belum,” ucap Kelly sembari menjelaskan bahwa semua untuk satu yang dimaksudkan adalah satu dalam mengambil keputusan, satu dalam membangun kebersamaan, satu dalam membangun misi dan visi orang A3 kedepan.
Tantangan kita saat ini lanjut Kelly yang sehari-harinya menjabat Kepala Dinas Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) Kota Sorong, bahwa tidak tertib dalam melaksanakan hukum darurat (wajib) yang diamanatkan oleh Allah kepada kita Suku A3. “Jangan membuat Allah murka kepada kita Suku A3. Masa depan Papua, masa depan Maybrat, masa depan tanah ini terletak pada generasi kita saat ini. Oleh karenanya, HUT Teovani menjadi momentum yang sangat strategis untuk membangun masa depan Maybrat,” pungkasnya. (ris)