Kebakaran Hebat di Kompleks Borobudur Diduga Bersumber dari Api Kompor
MANOKWARI – Lebih dari 2.000-an warga dengan 600 kepala keluarga (KK) kehilangan tempat tinggal. Ini akibat kebakaran hebat yang terjadi di perumahan nelayan Bobudur, Kelurahan Padarni yang padat penduduk, Kamis (30/9) siang. Hampir 95 % penduduk kompleks Borobudur berasal dari Sulawesi Tenggara dan bermata pencaharian nelayan.
Rumah panggung di atas air saling berdempetan, berkonstruksi kayu dan tripleks, membuat si Jago Merah begitu cepat meluas. Dari kejauhan terlihat gumpalan asap tebal membumbung ke langit. Langit Manokwari tampak kehitaman, sedangkan air laut di lokasi kejadian seperti kemerahan.
Api mulai membakar rumah sekitar pukul 11.20 WIT. Kepanikan menyelimuti warga kompleks Borobudur. Sebagian warga langsung mengamankan diri tanpa menghiraukan barang berharga di dalam rumah. Banyak korban yang hanya bsisa menyelamatkan diri dengan pakaian di badan. Mereka hanya berupaya mengambil surat-surat tanda tamat belajar atau ijazah anak-anaknya, lebih dari itu tak ada barang yang sempat diselamatkan.
Karena panic, ada orang tua terpisah dari anaknya. Dialami seorang ibu bernama Anti, anaknya yang baru berusia 1 tahun terlepas dari tangannya dan terjatuh ke laut. Ibu muda ini sempat panik setelah terpisah beberapa menit dengan bayinya, ternyata telah diselamatkan warga.
Kepanikan luar biasa juga dirasakan Hariani, bersama 2 anaknya yang masih pelajar, menyelamatkan diri dengan menumpang perahu. Dia tak lagi menghiraukan barang-barang berharga di dalam rumah. “Saya dan anak-anak selamatkan diri dengan perahu karena api sudah semakin dekat. Tidak ada barang-barang yang diselamatkan, hanya pakaian di badan,” ujar Hariani.
Kobaran api makin meluas, sementara saat kejadian cuaca angin kencang dan panas terik. Masjid Al-Hasanah Borobudur II yang dari hasil urunan warga ikut ludes dan tersisa tiang-tiang. Perahu motor tempel para nelayan diamankan dari lokasi kebakaran, namun ada beberapa yang ikut terbakar. Sebagian besar nelayan tak mengetahui kejadian karena masih berada di tengah laut.
Mobil water cannon dan sejumlah mobil tangki dikerahkan untuk memadamkan air, namun karena jalannya sempit, pemadaman dilakukan dari jarak jauh. Beberapa kali terdengar ledakan keras yang membuat warga semakin panik.
Sangat disayangkan di saat warga sedang susah, ada oknum masyarakat yang memanfaatkan situasi. Beberapa rumah dijebol dan barang-barang berharga digasak, termasuk kulkas. “Itu lemari pakain dibongkar, kulkas dan sepeda dicuri. Ya masih bersyukur rumah hanya terbakar dapurnya,” ujar Dewi.
Kasat Reskrim Polres Manokwari, Iptu Arifal Utama belum bisa memberi keterangan terkait sumber api. Namun berdasarkan keterangan dari sejumlah saksi, api berasal dari salah satu rumah. Api berasal dari kompor. Penghuni rumah panik melihat korban api semakin besar. “Di rumah hanya anaknya yang masak, ibu dan bapaknya tidak ada di rumah,” ujar Calu, salah seorang tokoh di kompleks Borobudur.
Kompleks perumahan yang sebelumnya selalu ramai dengan canda ria warga kini berubah menjadi sepi. Ratusan rumah telah rata, tersisa hanya tiang yang tertanam di laut serta seng. Para korban hanya bisa meratapi nasib.
Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan, Pangdam XVIII Kasuari Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa, Kapolda Papua Barat Irjen Pol Dr Tornagogo Sihombing dan Bupati Manokwari Hermus Indou menyempatkan diri meninjau lokasi kebakaran menemui para korban. Gubernur meminta agar dilakukan pendataan untuk memudahkan penyaluran bantuan bahan makanan bagi korban.
“Ya, untuk tanggap darurat pemerintah akan membantu penyediaan bahan makanan, sehingga perlu pendataan warga yang kehilangan rumah. Berapa rumah yang terbakar dan berapa KK, berapa jiwa. Terpenting sekarang mereka harus makan dulu. Mulai malam ini makan malam ditanggung pemerintah,” ujar Gubernur yang meminta ketua RT/RW turun melakukan pendataan.
Untuk sementara, para korban kebakaran ditampung di tempat pengungsian, di eks bangunan Kursus Latihan Kerja (KLK) yang tak jauh dari lokasi kejadian. BNPB juga mendirikan tenda darurat. Sebagian korban bayi, anak-anak dan perempuan lebih diutamakan menempat ruangan tertutup. Personel TNI dan Polri dikerahkan untuk membantu menyediakan tempat dan tenda bagi pengungsi. (lm)